Rabu, 27 Mei 2020

Peluk laguku

Syair-syair berterbangan memenuhi jagad raya
sementara ada seseorang yang sedang dikutuk
oleh kerumunan cinta yang menggila,
wajahnya pucat pasi dengan jemari yang dikepal
sementara air keringat meluncur di dahinya..

Sesekali terdengar suara yang memekik telinga lalu hening
dan jantungnya kembali berdegup,
dia marah karna keegoisan yang menjadi pengendalinya.
Terdengar lagi melodi sang amor yang pandai memainkan syair
dalam balutan senja yang ingin lekas pergi.

Lantas dia luruh, jatuh dalam kesedihan yang kejam,
air matanya menetes yang tak sempat jatuh
kemudian membeku lalu jatuh dan pecah..

Dalam hatinya ia berkata;
Kau akan tau bagaimana cinta menusukmu,
menghianati penantianmu, bagaimana cinta akan mempermainkanmu
seperti boneka dengan kejam, kau akan merasakan lebih dari ini,
lebih dari yang kurasakan saat ini.

Syair ini, melodi ini bersama senja yang kini telah pergi
biarlah menjadi saksinya, peluk laguku, peluk sedihku,
kau akan merasakannya suatu saat nanti.
Selamat tinggal pecundang,
aku mencintai kebodohanmu.

Selasa, 09 Juli 2019

1:49 AM

Tuan..
Sebelum malam ini terlanjur pergi, aku ingin mencintaimu sekali lagi, dimulai dari ujung rambutmu hingga ke ujung jari kakimu.

Tuan.. Lihatlah
Jatuh cinta terlalu rumit bagiku, terlalu banyak perasaan-perasaan asing yang hadir tiba-tiba. Aku mencintaimu layaknya bulan mencintai malam, memberi tanpa pernah berharap kembali, namun kau tetap menjadi sore, datang sebagai jingga senja yang merekah lalu membuatku jatuh cinta.

Tuan..
Betapa miskinnya cintaku, betapa pengecutnya aku menginginkanmu tanpa pernah memberitau padamu, maka biar puisi sampah ini menjadi saksi apa yang pernah ku inginkan tanpa pernah terucap.

-Wnd

Senin, 25 September 2017

Hujan untuk senja

Kau selalu bercerita tentang bagaimana pertama kali kau menyukai hujan saat senja, kau memberitahuku dan memaksaku untuk menyukainya. Aku menolak, aku tak suka hujan, aku juga tak suka senja karna aku menyukai malam. namun berulangkali kau mengetuk pintu rumahku dan menyeret ku untuk pergi ke bukit sekedar menikmati hujan saat senja. aku mulai menyukainya saat kau tertawa menikmati buih rintik hujan dan cahaya jingga sang senja yang menerpa tubuhmu, ahh.... kau begitu tampan mempesona. kau mendekat memegang tanganku dan memeluk erat ragaku, detik itu juga aku menyukai hujan saat senja juga dirimu. sering kau mengatakan bahwa senja adalah aku, begitu lembut dan menenangkan sedangkan hujan adalah dirimu, menyejukan dan selalu datang tiba-tiba. ingatkah kau dengan semua kenangan kita dulu? setelah kita bermain hujan kau selalu mengajakku ke rumah mu, meminjamkan setelan piyama untukku juga warna yang senada untuk mu. kau mengajarkan ku membuat susu yang dicampur dengan remukkan oreo, sekedar untuk menghangatkan dan bercerita bahwa hujan ditakdirkan untuk senja seperti kita.

Bukankah kau berjanji akan kembali?

Palung jiwa yang bersemayam dalam diri ini telah usang terkikis waktu.
Namun terkadang cinta menguatkan, terkadang juga menjatuhkan langkah ku saat ini, sedang menata hati dengan teliti menjalani hidup tanpa banyak komentar dan menerima setiap kenyataan, aku belajar berdiri setelah jatuh meski berkali-kali, aku bersyukur telah belajar dari kebahagiaan hidup. aku terus berlajan dalam bingkai kehidupan sambil menikmati manis pahit kenyataan hidup, mencoba menyempurnakan ketegaran meski tanpa penopang sekalipun. namun kini aku kehilangan arah entah kemana. cintaku pergi, kasihku hilang. kini hanya sebungkus rindu yang ku simpan rapi dalam hatiku. akankah Tuhan memberikan seseorang seperti mu lagi? ataukah Tuhan akan mengembalikan mu di hidupku? seringkali ku sebut namamu dalam mimpi, berharap kita bertemu melepas rindu dalam hangatnya dekapanmu. bukankah kau berjanji untuk kembali bukan?

Kamis, 21 September 2017

Sepasang Boneka Tua

Kemarilah sayang dan duduklah di sisiku.
Ia takkan memaksamu untuk tetap tinggal,
meski saat semua rinduku terlalu bersemangat
untuk tetap bertahan di tengah malam sekalipun.

Dan kita masih berkutat pada pikiran kosong
yang tak pernah bosan kau tinggali,
itu aku sayang!! Yang mencintaimu begitu dalam
meski bisu tak bersuara.

Kelak di saat senja telah memudar
seiring luka yang kau tinggalkan sore itu
akan ku pastikan dirimu untuk mengerti; bahwa dirimulah
yang menjadikan aku perempuan yang pandai menangis,
tertawa dalam kesepian yang terlahir dari luka.

Namun, suatu ketika cinta yang kau puja benar-benar
menusukmu dengan bengis dan kejam.
Kau hanya bisa tertunduk lesu di balik pintu kamarmu,
berbicara sendiri, mengungkapkan cinta dengan lantang,
cinta yang telah membidik hatimu,
dan kau akan mengasingkan dirimu
lalu perlahan menjauh dari keramaian..
karna akan terlalu perih jika harus membaur dengan segala keriuhan
sedangkan hatimu sudah tak berbentuk lagi.

Kemarilah sayang dan duduklah di sisiku,
kau tak ingin seperti itu bukan? temanilah kebodohanku,

akrablah dengan kesedihanku dan kita hanya sepasang boneka tua di sudut kota.