Syair-syair berterbangan memenuhi jagad raya
sementara ada seseorang yang sedang dikutuk
oleh kerumunan cinta yang menggila,
wajahnya pucat pasi dengan jemari yang dikepal
sementara air keringat meluncur di dahinya..
Sesekali terdengar suara yang memekik telinga lalu hening
dan jantungnya kembali berdegup,
dia marah karna keegoisan yang menjadi pengendalinya.
Terdengar lagi melodi sang amor yang pandai memainkan syair
dalam balutan senja yang ingin lekas pergi.
Lantas dia luruh, jatuh dalam kesedihan yang kejam,
air matanya menetes yang tak sempat jatuh
kemudian membeku lalu jatuh dan pecah..
Dalam hatinya ia berkata;
Kau akan tau bagaimana cinta menusukmu,
menghianati penantianmu, bagaimana cinta akan mempermainkanmu
seperti boneka dengan kejam, kau akan merasakan lebih dari ini,
lebih dari yang kurasakan saat ini.
Syair ini, melodi ini bersama senja yang kini telah pergi
biarlah menjadi saksinya, peluk laguku, peluk sedihku,
kau akan merasakannya suatu saat nanti.
Selamat tinggal pecundang,
aku mencintai kebodohanmu.